MENCARI
ISTRI YANG CERDAS AGAR BISA MEMPUNYAI ANAK YANG CERDAS PULA
Banyak mitos yang berkembang di
masyarakat dan sampai saat ini masih tetap dipercaya sebagai kebenaran oleh
sebagian kecil orang. Walaupun belum terbukti kebenarannya dan belum dapat dijelaskan
secara ilmiah, namun beberapa mitos tersebut sering terjadi. Salah satu mitos
yang ada di kalangan masyarakat adalah mengenai anjuran “carilah istri yang cerdas agar bisa mempunyai aak yang cerdas karena
kecerdasan diturunkan dari seorang ibu”. Hal ini sering terbukti terjadi
dan terkadang membuat orang bingung, bagaimana bisa kecerdasan itu diturunkan
dan kenapa melalui ibu ?. Untuk itu, telah banyak penelitian yang dilakukan dan
membuktikan bahwa mitos ini ternyata benar dan dapat dijelaskan secara ilmiah.
Berikut penjelasannya :
Seorang ilmuwan pada tahun 1997
bernama Robert Plomin mengumumkan
bahwa ia telah menemukan satu gen kecerdasan di kromosom 6. Orang kebanyakan
memiliki urutan tertentu pada gen tersebut, tetapi anak-anak cerdas dengan IQ
160 yang diteliti memiliki urutan yang agak berbeda pada gen IGF2R tersebut.
Penelitian lain yang pernah dilakukan adalah pada tahun 1979, dimana Thomas Bouchard mengumpulkan pasangan
kembar-kembar terpisah dari seluruh dunia dan menguji kepribadian dan IQ
mereka. Hasilnya diluar dugaan, bahwa korelasi antara anak-anak adopsi yang
dibesarkan bersama ternyata nol. Artinya, tidak ada pengaruh asuhan keluarga
terhadap IQ. Lalu, jika bukan asuhan keluarga, apa yang menentukan kecerdasan
(IQ) ?.
Menurut studi lain, pengaruh
peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam kandungan terhadap kercerdasan tiga
kali lebih besar dibanding apapun yang diperbuat oleh orangtua sesudah bayi
lahir. Pengaruh ini sedemikian besar karena tingkat kecerdasan seseorang
terkait dengan kromosom X yang berasal dari ibu. Karena itu, ibu yang cerdas
berpotensi melahirkan anak yang cerdas pula. Pada dasarnya seorang anak
terlahir dari pertemuan antara sperma dan ovum melalui proses fertilisasi,
dimana setelah terjadi proses fertilisasi tersebut kedua sel gamet tersebut
akan melebur membentuk zigot (2n), kemudian membelah menjadi morula, blastula,
gastrula dan berdiferensiasi menjadi makhluk hidup kecil di dalam rahim yang
disebut dengan fetus atau janin. Ovum merupakan sel gamet yang terdiri dari
inti sel dan sitoplasma lengkap dengan organel-organel yang akan berperan dalam
proses pembelahan dan perbanyakan sel. Sperma merupakan sel gamet yang terdiri
atas kepala dengan inti sel dan ekor yag mengandung mitokondria sebagai pemberi
energi bagi pergerakan sperma. 14 jam setelah proses fertilisasi, maka ekor
sperma yang mengandung mitokondria akan dilepas dan dibuang. Inti zigot yang
terbentuk merupakan gabungan antara inti sperma dan inti ovum sedangkan
sitoplasma dan organel-organel sel berasal dari organel sel ovum.
Disinilah awal peran ibu dalam
menentukan kecerdasan, yaitu melalui mitokondria. Yang menarik, bahwa
mitokondria ini hanya diwariskan oleh ibu dan tidak oleh ayah. Sebab
mitokondria berasal dari sel telur bukan dari sel sperma karena mitokondria
yang terdapat pada ekor sperma setelah proses fertilisasi akan lepas dan
hilang. Mitokondria bersifat semiotonom karena 40% kebutuhan protein dan enzim
dihasilkan sendiri oleh gennya. Mitokondria adalah satu-satunya bagian sel yang
mempunyai DNA tersendiri, selebihnya dihasilkan oleh gen di inti sel. Itulah
sebabnya investasi seorang ibu dalam diri anak mencapai 75%.
Kesimpulannya adalah, secara teori
kecerdasan anak mungkin sangat dipengaruhi oleh kecerdasan seorang ibu. Namun,
fenotip (penampakan) yang kita lihat bukanlah melalui hasil dari faktor genetik
melainkan hasil interaksi dengan lingkungan juga. Sifat pewarisan IQ sewaktu
anak-anak porsinya kurang lebih 45% , sedangkan pada masa akhir remaja naik
menjadi 75%. Sejalan dengan pertumbuhan anak secara berangsur mengekspresikan
kecerdasan bawaan dan meninggalkan pengaruh-pengaruh sebelumnya yang ditanamkan
oleh orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar